phone: +420 776 223 443
e-mail: support@londoncreative.co.uk

Resensi buku

City of the Beasts

Oleh abdilah khusu. Rabu,30 2014

Hidup Alexander Cold di kota pesisir kecil di California berubah drastis saat ibunya sakit keras dan ia harus diungsikan ke tempat neneknya yang nyentrik, Kate Cold. Kate adalah seorang penulis sekaligus petualang terkenal yang hidup di kota New York. Belum lagi Alex terbiasa dengan suasana kota besar yang baru pertama dikunjunginya itu, ia sudah dikejutkan dengan rencana Kate membawanya ikut ekspedisi International Geographic ke Amazon yang liar, untuk menyelidiki makhluk buas misterius yang keberadaannya masih dipertanyakan.

Maka dimulailah petualangan Alex di alam liar, terpencil dari peradaban, menyusuri sungai yang merupakan satu-satunya akses transportasi memasuki hutan yang lebat menuju pemukiman kaum Indian yang tersembunyi. Berbagai hal yang selama ini hanya dibacanya di buku, kini dialaminya sendiri: anaconda besar yang bisa meremukkan tubuh, buaya yang mengintip dari balik air sungai, hingga suku Indian asli yang terus mengintai mereka selama perjalanan. Apakah mereka kawan, atau lawan? Dan apa sebenarnya makhluk buas yang dikabarkan sudah memakan korban itu?
***
Yang menyenangkan dari Isabel Allende adalah penuturannya yang kaya akan detail. Mulai dari hijaunya hutan, lembapnya udara Amazon, ancaman binatang-binatang buas, suasana mencekam saat orang-orang Indian mendekat, hingga sang makhluk buas misterius yang menjadi sentral cerita, semua digambarkan dengan sempurna, seakan-akan kita memang berada di sana.

Makhluk itu tampak seperti manusia purba raksasa, tingginya lebih dari tiga meter, berdiri tegak, dengan kedua lengan kekar diseret di atas tanah dan wajah melankolis di kepala yang terlalu kecil untuk ukuran tubuhnya. Seluruh tubuh makhluk itu ditutupi rambut tebal kasar dan memiliki tiga buah cakar panjang melengkung yang setajam pisau di masing-masing tangan.
 (p 226)

Seram, tapi membuat penasaran, kan? :) Alur cerita dibuat mengalir cukup lancar, action packed, tapi dengan adegan sadis yang tidak berlebihan, mengingat buku ini masuk genre remaja. Yang juga menarik tentu saja karakter-karakter yang diselipkan di sepanjang cerita. Allende mampu membuat tiap karakter cukup likable tanpa harus menjadi superhero. Nadia Santos misalnya, anak perempuan yang sepanjang hidupnya tinggal di desa di tepi Amazon, dan menjadi sahabat karib Alex dalam petualangan ini, digambarkan sebagai anak yang tough, namun tetap memiliki kekurangan, yaitu takut akan ketinggian. Karakter lain yang menarik adalah pimpinan ekspedisi, Profesor Ludovic Leblanc, antropolog terkenal yang sangat arogan dan egois, namun ternyata memiliki sisi humanis juga. Semua karakter yang ada dihadirkan dengan cukup seimbang, sehingga kita sulit menebak siapa sebenarnya yang jahat dan siapa yang benar-benar baik.

Allende juga membahas beberapa isu penting dengan cukup pas, kepiawaian dan pengetahuannya mengenai sejarah Amerika Selatan ditulis dengan meyakinkan namun tidak berlebihan: suku Indian yang nyaris punah, keserakahan para pendatang yang ingin menguasai daerah Amazon beserta seluruh sumber dayanya, hukum yang diabaikan di daerah pedalaman, serta tentu perkembangan karakter Alex dan Nadia yang mewakili jiwa-jiwa yang masih murni dari segala niat jahat, di mana keberanian merekalah yang menjadi titik penting dalam cerita.

Ini adalah pengalaman perdanaku membaca karya Isabel Allende, dan aku bersyukur membaca buku ini lebih dahulu sebelum mencicipi karya-karyanya yang lebih serius, karena bisa melihat sisi lain penulis ini tanpa harus terpengaruh kritik terhadap buku-buku historical fiction-nya yang fenomenal.

Pertama kali aku tertarik dengan buku ini adalah sekitar sepuluh tahun yang lalu, ketika aku melihat versi bahasa Inggrisnya di salah satu toko Gramedia di Bandung, tapi entah kenapa tidak pernah kesampaian untuk membelinya. Sampai buku ini diterjemahkan Gramedia pun, aku belum juga sempat membelinya. Akhirnya, karena jodoh memang nggak ke mana, ketika acara Pesta Novel Gramedia di Palmerah awal Mei kemarin, aku berhasil mendapatkan buku ini, gratis, karena ikut salah satu game seru yang diselenggarakan akun twitter @Gramedia. Senangnya!
City of The Beasts adalah buku pertama dari trilogi petualangan Alex dan Nadia. Buku kedua, Kingdom of The Golden Dragon, juga sudah diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama, dan bercerita tentang petualangan mereka di Himalaya. Sedangkan buku terakhir, Forest of the Pygmies, membawa mereka ke Kenya.

0 komentar: